Rabu, 24 Juli 2013

RAMADHAN HAMPIR SELESAI

saudara-saudara Ramadhan tahun ini hampir, luapan kegembiraan terlihat dimana-mana, kesibukan juga terlihat dimana-mana, mall mall setiap hari penuh berjejal jejal dipadati pembeli, pasar-pasar tradisional apalagi, rental-rental mobil juga kehabisan stok-padahal harga sewanya sudah dinaikkan 100% dan harus paketan minimal 1 minggu pake akan tetapi juga habis laris manis. Belum lagi bus-bus luar kota, tiket pesawat, tiket kereta api, tiket kapal semua habis terjual jauh sebelum lebaran. Gegap gempita dimana-mana, kesibukan dimana-mana. Semua itu tidak lepas dari dasyatnya magnet ramadhan dan Idul Fitri. Tanpa Ramadhan dan Idul Fitri itu semua tidak akan terjadi. Pernahkan kita mencoba bertanya, merenung, berfikir apakah untuk ini semua Ramadhan dan Idul Fitri. Adakah hal di atas terjadi di negara asalnya Islam ? Atau di negara-negara islam? Ternyata tidak. Jadi yang terjadi di Indonesia adalah tradisi masyarakat Indonesia sebagai budaya. Tetapi mengapa mudik harus di hari raya? Apakah tidak bisa mudik dihari hari biasa atau dihari libur? Dan mengapa harus secara nasional tradisi mudik ini sehingga menimbulkan berbagai masalah nasional? kecelakaan meningkat, cos ekonomi yang menaik tajam, penghamburan uang sesaat, padahal masih ada hari esok. Segala kekuatan ekonomi ditumpahkan di hari raya. Sodaqoh mengalir dimana-mana, zakat mengalir dimana-mana, orang dermawan dimana-mana. Semua orang pegang uang dari anak2 sampai dewasa dan nenek-nenek kakek-kakek tidak ketiggalan. Bahkan seorang anak SD saja mampu mengumpulkan uang hampir 600 hingga 700 ribu rupiah, HEBAT. Tidak ketinggalan pengemis berduyun-duyun datang ke kota untuk menangkap peluang emas ini. Pengemis tiban banyak karena dermawan tiban juga banyak. Menjelang Idul Fitri masjid-masjid kekurangan pengunjung, frekuensi ibadah menurun seiring datangnya kesibukan baru seperti membeli bahan makanan stok seminggu, membeli pakaian, baju baru, persiapan mudik dll. Padahal di jaman nabi dan para sahabat, menjelang Idul Firti justru ibadah meningkat tajam, bahkan makin khusuk dengan iktikaf selama 10 hari di masjid. Kesedihan meliputi hati para mukmin mukminin karena akan ditinggalkan bulan Ramadhan, Bulan yang penuh rahmat, ampunan Allah. Kondisi yang terbalik jaman dahulu dan sekarang. Apakah hal ini bentuk melencengnya pemahaman agama. mendangkalnya pemahaman agama. Atau hal yang biasa, atau justru peningkatnya pemahaman agama. Huwalloh hu alam bi showab.