Minggu, 14 November 2010

Kunjungan Obama Realisasikan Kemitraan Komprehensif

JAKARTA–MICOM: Hasil utama dari kunjungan presiden Obama ke Indonesia ialah deklarasi kemitraan komprehensif. Sebagai tindak lanjut usulan kerjasama kemitraan yang diusulkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat melakukan kunjungan ke Washington DC tahun 2008.

“Sekarang kemitraan kompreshensif ini menjadi realitas dan sudah ada joint commission meeting (JCM), pada September lalu antara Menlu Marty Natalegawa dengan State Secretary Hillary Clinton dan telah membentuk working group,” ujar duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal dalam jumpa pers di kantor presiden, Jakarta, Senin (8/11).

“Jadi komprehensif partnership yang direncanakan presiden tahun 2008 ini berjalan sudah operasional dan dalam kunjungan Barack Obama ini inagurasinya atau peresmiannya,” lanjutnya.

Terkait dengan deklarasi kemitraan komprehentif, Dino mengaku masih dalam proses pengodogkan tata bahasa deklarasi. Deklarasi itu, lanjut Dino mencakup banyak hal dan tidak akan memaksakan kehendak dari salah satu pihak.

“Kata kunci berarti hubungan ini merata dan multi dimensi dan sektoral, mencakup hubungan yang kontruktif dan dinamis di bidang keamanan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, people to people contact, iptek, lingkungan hidup, kehutanan dan sebagainyta. Jadi Hubungan ini kita visikan sebagai hubungan yang merata, meluas tidak thin, tidak tipis tapi mendalam. Itu yang kita harapkan dalam kemitraan,” ungkap Dino.

Dino menyatakan pertemuan membahas kerjasama komprehensif itu sudah dibahas tahun ini dalam pertemuan antara menteri luar negari AS dan Indonesia pada 16 September lalu. Kerjsama itu didukung oleh enam kelompk kerja. Yakni bidang keamanan, govermance, pendidikan, energi, trade and investment dan bidang lingkungan hidup.

Sedangkan terkait dengan kunjungan Obama ke Istiqlal, Dino menyatakan presiden menyambut baik tindakan Obama. Presiden, lanjut Dino merasa upaya ini terus ditingkatkan karena stabilitas internasional antara lain tergantung langgengnya hubungan Islam dan barat.

“Disini ina memiliki peranan penging karena Indonesia adalah negara yang menganut islam yang moderat, islam bergandengan dengan moderniasi dan modernitas juga Indonesia selalu aktif mempromosikan intervate dialog,” ujarnya.

“Dari sisi ini ada keserasian antara kebijakan ina dan kebijakan as dari segi mempromosikan tolernasi dan kebebasan beragama, dan juga jembatan antara islam dan barat.” (Rin/X-11)


Menurut Anda?
10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar